Selasa, 14 September 2010

Aku Bangga Kuliah di UGM : Sejarah Heroik UGM

Sumber Naskah : Presentasi Sejarah UGM, Badan Arsip UGM.
Sumber Foto : Arsip Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Sketsa Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada pada awal pendiriannya.
Universitas Gadjah Mada lahir di tengah perjuangan kemerdekaan sebagai Universitas Perjuangan. Semua komponen dari UGM merupakan hasil jerih payah bangsa Indonesia sendiri, tidak ada campur tangan dengan penjajah. Saat itu, UGM merupakan satu-satunya universitas yang memakai gedung khusus buatan rakyat dan untuk Indonesia, bukan peninggalan penjajah. (bagian ini yang menjadi salah satu kebanggaanku bisa bergabung dengan UGM. Rakyat cinta UGM, UGM cinta Rakyat Indonesia!)

Lembaga Pendidikan Tinggi Jakarta
Awal mula perjalanan pembentukan UGM adalah ketika didirikannya Djakarta Ika Dai Gaku (Lembaga Pendidikan Tinggi Jakarta) pada tahun 1943. Pada saat itu di Jakarta didirikan Bagian Ilmu Kedokteran (Igaku-bu) dan Bagian Ilmu Obat-obatan (Yukugaku-bu). Di Surabaya secara bersamaan didirikan Bagian Ilmu Kedokteran Gigi (Sika-Igaku-bu).

Berdirinya Sekolah Tinggi Teknik

Pada tahun 1945, Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung diambil alih oleh Bangsa Indonesia, dipimpin Prof. Ir. Rooseno, Prof. Ir. Gunarso, Prof. Ir. Suwandi Notokusumo, Prof. Ir. Sunaryo, dan Sutan Muchtar Abidin. Kemudian pada tanggal 6 Januari 1946 STT Bandung pindah ke Yogyakarta. Pada tanggal 17 Februari 1946 resmi menjadi STT Republik Indonesia yang bertempat di Jetis dan Kotabaru.

Berdirinya Pendidikan Tinggi Kedokteran
Pada tanggal 1 September 1945, Dr. Sardjito bersama dr. Moh. Saleh, Dr. Subroto, dan Analis Kepala Sukarnen mengambil alih Institute Pasteur Bandung. Dengan kejamnya, Inggris menduduki Bandung pada tanggal 13 Oktober 1945. Sehingga pada bulan Desember 1945 semua pegawai beserta peralatan Institute Pasteur Bandung pindah ke Yogyakarta lalu ke Klaten.

Institute Pasteur Bandung: tempat pembuatan vaksin ternama di dunia.
Sekolah Tinggi Kedokteran (STK) Jakarta
Bulan Januari 1946, STK Jakarta pindah ke Klaten dan Solo. Tenaga yang berjasa adalah asisten Mugiono dibantu oleh mahasiswa. Pada tanggal 4 Maret 1946 dibuka Sekolah Tinggi Kedokteran di RS Jebres Solo untuk bagian klinis. Sedangkan pada tanggal 5 Maret 1946 dibuka Sekolah Tinggi Kedokteran di RS Tegalyoso Klaten untuk bagian preklinis.

RS Tegalyoso Klaten
Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada
Mr. Budiarto, Ir. Marsito, Dr. Priyono, dan Mr. Sunaryo mengadakan rapat  awal  24 Januari 1946 di Sekolah Menengah Tinggi (SMT) Kotabaru yang sekarang lokasinya menjadi SMA N 3 Yogyakarta. Mr. Sunaryo menegaskan bahwa NICA sudah mendirikan Universiteit van Indonesie di Jakarta (sekarang menjadi Universitas Indonesia). "Bangsa Indonesia jangan sampai ketinggalan, lebih-lebih sekarang pada waktu pembangunan, waktu kita membutuhkan bermacam-macam ilmu pengetahuan". Nama “Gadjah Mada” diusulkan oleh Mr. Budiarto. Kata “Universiteit” diganti dengan “Balai Perguruan Tinggi”.

Hari berdirinya Balai Perguruan Tinggi (BPT) Gadjah Mada disetujui pada 17 Februari 1946. Peresmian BPT Gadjah Mada dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 1946 di gedung KNI Jalan Malioboro (sekarang gedung DPRD). Kuliah umum pertama dibuka oleh Prof. Sunaryo dengan judul “Pemandangan Sosiologis tentang Perubahan Dalam Masyarakat” pada 13 Maret 1946. Karena tidak memiliki gedung kuliah, kuliah BPT Gadjah Mada dilaksanakan di Pagelaran Kraton. (ini juga bagian yang aku bangga. Sri Sultan HB IX suangat berperan dalam pendidikan Indonesia disamping peran perjuangan beliau.)

Kuliah dimulai pada tanggal 18 Maret 1946, setiap hari Senin sampai Jumat , jam 17.00-21.00. Ki Hadjar Dewantara memberikan Kuliah Kesusilaan. Untuk menambah pengetahuan, para guru dan lulusan SMP juga boleh datang ke kuliah sebagai mahasiswa pendengar. Fakulteit di BPT Gadjah Mada adalah Fakulteit Hukum dan Fakulteit Kesusateraan.

Fakultas Kedokteran Hewan didirikan pada bulan November 1946 oleh Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (dibentuk oleh Menteri Kemakmuran), Sekolah Dokter Hewan di Bogor (jaman Jepang) menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan. Pada tanggal 21 Juli 1947, Agresi Militer Belanda I, Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan pindah ke Klaten. Tokoh yang sangat berperan dalam sejarah fakultas kedokteran hewan ini adalah Prof. Soeparwi.

Kementrian Dalam Negeri membentuk Panitia Pembentuk Akademi Ilmu Politik (ketua: Mr. Wongso Nagoro). Tujuan kepanitiaan adalah mendirikan Akademi Ilmu Politik. Akademi Ilmu Politik kemudian dikelola oleh Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Akademi Ilmu Politik ini dibuka pada permulaan tahun 1948 di Yogyakarta.

Terjadi pemberontakan PKI di Madiun. Sehingga Residen Samadikun tak dapat segera masuk Madiun. Atas permintaan penguasa militer, pemerintah pusat mengangkat Residen Ardiwinangun dari Priyangan menjadi Residen Madiun dibantu oleh Djumadi Ismono, Soempono Djojowadono, Iman Soetikno, Bambang Soegeng Wardi, dan Dradjat. Penumpasan pemberontakan Madiun dan pembangunan kembali dibantu oleh Corps Mahasiswa.

Di Solo, pada tanggal 1 November 1948, Kementerian Kehakiman membentuk Balai Pendidikan Ahli Hukum. Kementrian Pendidikan, Pengajaran & Kebudayaan, Kementrian Kehakiman, dan Panitia Perguruan Tinggi Swasta di Solo yang diketuai oleh Drs. Notonagoro S.H., Koesoemadi S.H., dan Hardjono S.H. mendirikan Sekolah Tinggi Hukum Negeri (PP No. 73 tahun 1948). Karena itu, Balai Pendidikan Ahli Hukum dimasukkan sebagai bagian Akademi dari Sekolah Tinggi Hukum. Pembukaan STH direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 28 Desember 1948.

Agresi Militer Belanda II
“Sekonyong-konyong pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan penyerbuan secara besar-besaran dengan menghancurkan semua yang sudah dibangun, juga Perguruan Tinggi.” (Prof. Sardjito, Riwajat Perdjuangan UGM, 1969)

Pada tanggal 20 Mei 1949, dilaksanakan Rapat Panitia Perguruan Tinggi di Pendopo Kepatihan Yogyakarta, dipimpin oleh Prof. Dr. Soetopo. Peserta rapat yang hadir antara lain Sri Sultan HB IX, Prof. Sardjito, Prof. Prijono, Prof. Harjono, dan Prof. Wreksodiningrat. 

Pesawat bombardir dalam Agresi Militer II Belanda
Perjuangan luar biasa dari Rakyat Indonesia melawan Belanda.
Hasil Kesepakatan 20 Mei 1949
Rapat 20 Mei 1949 menghasilkan beberapa keputusan di antaranya,
  1. Perguruan tinggi yang ada di wilayah Klaten dan Solo pindah ke Yogyakarta.
  2. Sri Sultan HB IX meminjamkan Siti Hinggil, Pagelaran, Dalem Wijilan, dan Mangkubumen untuk kantor dan tempat kuliah.
  3. Mulai 1 November 1949, Perguruan Tinggi Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi menempati Kadipaten Mangkubumen Ngasem.
  4. Kamar kereta diubah menjadi poliklinik, kamar penjaga menjadi laboratorium bakteriologi, kamar pelayan menjadi laboratorium kimia, rumah sakit darurat menjadi laboratorium fisika dimana ada elektron mikroskop, bahkan kandang kuda menjadi rumah sakit.
UGM dipinjami tempat kuliah oleh Sri Sultan HB IX di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Suasana kuliah di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Kuliah boleh diikuti siapa saja termasuk anak SMP (bercelana pendek) dan anak SMA (bercelana panjang). Luar biasa. Mereka belajar sekaligus berjuang dalam perang terbuka.
Komponen Awal Lahirnya UGM
  1. Balai Perguruan Tinggi (Universiteit) Gadjah Mada; bersifat swasta, berdiri 17 Februari 1946, membawahi Fakultas Hukum dan Kesusasteraan
  2. Sekolah Tinggi Teknik; dibuka di Yogyakarta 17 Februari 1946
  3. Perguruan Tinggi Kedokteran Bagian Klinis; dibuka di Solo 4 Maret 1946
  4. Perguruan Tinggi Kedokteran Bagian pre-Klinis; dibuka di Klaten 5 Maret 1946
  5. Fakultas Farmasi dan Fakultas Pertanian; dibuka di Klaten 27 September 1946
  6. Fakultas Kedokteran Gigi dan Kedokteran Hewan; dibuka di Klaten pada permulaan tahun 1948
  7. Akademi Ilmu Politik; dibuka di Yogyakarta pada permulaan tahun 1948
  8. Balai Pendidikan Ahli Hukum; dibuka di Solo pada 1 November 1948

Peraturan Pemerintah
No. 23 Tahun 1949

Universitas Gadjah Mada terdiri atas:
  1. Fakultas Kedokteran, termasuk didalamnya bagian Farmasi, bagian Kedokteran Gigi, dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan Ilmu Hayat (sekarang menjadi Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Fakultas Farmasi. Fakultas Biologi lahir dari gabungan Bagian Zoologi Fakultas Kedokteran dan Jurusan Botani Fakultas Pertanian).
  2. Fakultas Hukum, termasuk Akademi Keahlian Hukum, Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan Akademi Pendidikan Guru bagian Tata Negara, Ekonomi dan Sosiologi (sekarang menjadi Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial Politik, dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
  3. Fakultas Teknik, didalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan Akademi Pendidikan Guru bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti (sekarang jadi Fakultas Teknik, Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam)
  4. Fakultas Sastra dan Filsafat, yang didalamnya termasuk Akademi Pendidikan Guru bagian Sastra (catatan, pembukaan Fakultas Sastra, Pedagogik dan Filsafat tanggal 23 Januari 1951) sekarang menjadi Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Filsafat, Fakultas Geografi. Fakultas Pedagogik menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan. Bagian Psikologi Fakultas Pendidikan sekarang menjadi Fakultas Psikologi, sedang bagian lain bergabung dengan IKIP Yogyakarta.
  5. Fakultas Pertanian, termasuk Akademi Pertanian dan Kehutanan sekarang menjadi Fakultas Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, dan Fakultas Kehutanan.
  6. Fakultas Kedokteran Hewan, sekarang menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Peternakan.
Makna 19 Desember
  1. 19 Desember 1948 Agresi Militer Belanda II
  2. 19 Desember 1949 UGM diresmikan.
  3. 19 Desember 1951 peletakan batu pertama pembangunan Gedung Pusat UGM.
  4. 19 Desember 1959 peresmian Gedung Pusat UGM.
Mengapa UGM Tidak Pindah Ke Jakarta Seiring Pindahnya Ibukota?
Pada akhirnya, Indonesia sudah relatif aman sejak TNI sudah membuka mata dunia dengan peristiwa SO 1 Maret dan 26 Juni 1949 Yogya kembali. Ibukota Republik Indonesia kembali dipindah di Jakarta. Akan tetapi, menurut kesepakatan, UGM tidak akan dipindah. Alasannya:
  1. Padatnya bibit pelajar disekitar Yogyakarta.
  2. Perguruan tinggi di Yogyakarta dapat dipakai sebagai “peringatan perjuangan”.
  3. Adanya pusat kebudayaan di Yogyakarta.
  4. Kesukaran di sekolah menengah jika mahasiswa yang memberikan pelajaran pindah di lain kota.
  5. Penggabungan perguruan tinggi Yogyakarta dengan Jakarta dan Bandung belum tentu efisien.
Ir. Soekarno meletakkan batu pertama Universitas Gadjah Mada, universitas bikinan pribumi Indonesia.
Balairung (gedung pusat) UGM dengan 7 cemara di halamannya yang sarat dengan filosofi.

15 komentar:

  1. jadi keinget **PASCAL**
    nice post : materi ospek terlama
    hehehe

    BalasHapus
  2. Iya, aku dapet sejarah ini pas **PATRIOT**. Ini dirangkum dalam acara Ke-UGM-an. Besok2 mau tak post yg lainnya. Tunggu ya rat. Ntar dikomentari lagi... Wkwkwk..

    BalasHapus
  3. (eyeroll), PROMINENT juga... yeah.. :).. Eh sory yan, rareti... wkwkwk

    BalasHapus
  4. apanya yg prominent? UGM-nya? ya iyalah... (wuss)
    tapi aku masih bingung je, jarene UI, UGM kuwi dadi ono fakultas teknik e, gara2 ada itb-nya.

    Tapi, sebenere bukan itb-nya, tapi STT Bandungnya. Kan dulu emang pindah2. Tapi setauku, STT Bandung memang pernah singgah ke JKT (mungkin membentuk tekniknya UI), njuk terakhir hijrah tu ke Yogya. Dan habis itu tidak pindah2 lagi. (menurut sejarah UGM)

    Tapi, ada yg 'tidak terima' (baca: anak ITB). Hehe...

    Jadi, bagi para pengunjung yg punya referensi sejarah yg lengkap bisa di share di sini dgn menghubungi aku di yan_research@yahoo.com.

    Agar, sejarah keseluruhan bisa lengkap dan runtut. Serta lepas dari distorsi2 akibat berjalannya waktu. ^.^

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe... UGM itu hebat kok...

      tentang sejarah silahkan lihat di wikipedia, sdh saya coba susun seobyektif mungkin, dan semua ada referensinya...

      secara singkat urutannya adalah begini:
      1. Technische Hoogeschool te Bandoeng (2 Juli 1920-Maret 1942- ditutup oleh Jepang, para dosennya dimasukkan kamp tawanan Jepang)
      2. Bandung Kogyo Daigaku (1 April 1944-Agustus 1945- dibuka kembali dengan fasilitas yg ada dgn pengajar orang Jepang & insinyur pribumi lulusan THS)
      3. Sekolah Tinggi Teknik Bandung (Agustus-November 1945- BKD diambil alih dari Jepang oleh sekumpulan insinyur lulusan THS & BKD pribumi)
      4. Sekolah Tinggi Teknik Bandung di Yogyakarta (17 Februari 1946-19 Desember 1948 para pribumi lulusan THS berharap pemindahan itu hanya sementara, revolusioner is revolusioner, tapi menyelenggarakan sekolah teknik itu butuh biaya besar, mereka coba bernegosiasi dgn Yayasan Gadjah Mada - semula yayasan swasta, namun tdk tercapai kesepakatan... semua laboratorium, perpustakaan & ruang kuliah tdk bisa dibawa ke Yogya, sebagian pengajar menyadari realita, ditambah serangan Belanda ke Yogya, maka STT Bandung ditutup, tdk bisa jalan krn kesulitan dana & fasilitas)
      5. Sekolah Tinggi Teknik Jogjakarta (sekitar tahun 1949 dibuka lagi oleh sisa insinyur pribumi THS + insinyur jawa/ningrat lulusan Delft spt Ir. Wreksodiningrat dgn fasilitas apa adanya) --> inilah yg kemudian digabungkan ke UGM sebagai Fakultas Teknik.

      Sebenarnya yg "tidak terima" itu adalah dosen2 Belanda mantan pengajar THS yang baru bebas dari kamp tawanan Jepang, yg tahun 1946 berniat MEMBUKA KEMBALI THS seperti sebelum perang, namun tidak didukung pemerintah mereka (NICA), pihak pemerintah mensyaratkan bergabung dengan Nood-universiteit van Indonesie HANYA sebagai Faculteit van Technische Wetenschap atau silahkan bangun kembali THS tapi dengan usaha dan dana sendiri... Pilihan yg sulit bagi para londo insinyur, di satu sisi aura gemilang THS di masa sebelum perang terus terngiang-ngiang, namun apa daya badan masih capek baru keluar kamp tawanan, mau minta dukungan para insinyur londo di Belanda... sami mawon... mereka juga lagi merehabilitasi TH Delft yg juga menderita akibat perang... sehingga sejarah menorehkan kampus Bandung dimerger dalam Nood-universiteit van Indonesie yg kemudian menjadi Universiteit van Indonesie....

      Hapus
    2. Nah, mereka itulah... para staf pengajar TH Bandoeng sebelum perang yg beranggapan sebagai pewaris TH Bandoeng... itu yg pertama

      Kedua... kembali ke tali sejarah... pada tahun 1924 ada yayasan namanya Bandoengsche Technische Hoogeschool-fonds (BTH-fonds... semacam dewan kurator dan pencari tambahan dana untuk pengembangan THS dulu) namun sampai saat ini masih aktif memberikan bea siswa untuk mahasiswa ITB baik sarjana maupun post graduate yg ingin sekolah lanjut ke Belanda. BTH-fonds berkedudukan di Belanda sana, monggo silahkan digoogling... Nah... Jika memang FT UGM beranggapan sebagai metamorfosa dari TH Bandoeng, tentunya BTH-fonds akan melekat ke FT UGM dan bukan ke ITB bukan?

      Ketiga, sampai tahun 70-an secara berkala diterbitkan buku publikasi nama2 insinyur lulisan dari tiga TH, yaitu TH Delft, TH Eindhoven, dan ITB (yang dulunya TH Bandoeng) dalam satu buku... Jika memang FT UGM beranggapan sebagai metamorfosa TH Bandung, tentunya nama2 insinyur baru lulusan FT UGM masuk dalam daftar buku itu bukan?... sori ya...

      Keempat, ini yg terpenting... FT UGM mungkin sempat mendapatkan manfaat dari lulusan TH Bandung, tapi yg disebut universitas/sekolah tinggi itu bukan hanya orang/staf pengajar saja bukan? Sebuah sekolah tinggi/universitas juga meliputi kampus, ruang kuliah, laboratorium, perpustakaan, dll dll dll... Nah tinggal dilihat saja siapa yg mengelola semua itu sebagai pengganti TH Bandung? FT Yogya kah atau ITB...

      Waduh... jadi ngga enak nih...

      Tapi bagaimanapun... dari sisi nasionalisme, FT UGM paling banyak mendapatkan manfaat karena banyak lulusan TH Bandung yg kemudian jadi guru besar UGM. Hitungan saya ada Prof. Ir. Soenarjo, Prof. Ir. Soemarman, Prof. Ir. Ali Djojoadinoto, Prof. Ir. Abdoelmoetalip Danoeningrat, dll dll... mungkin belasan... sementara di saat yg sama di Bandung lulusan TH pribumi yg menjadi guru besar di FT Bandung hanya sedikit yaitu Prof. Ir. Roosseno, Prof. Ir. Soetedjo (seangkatan dg Ir. Sukarno presiden), dan Prof. Ir. Sutomo Wongsotjitro, Prof. Ir. Gunarso, Prof. Ir. Soemono... kenapa ya kok sedikit??? mungkin sesuai tradisi masa lalu TH... pedit dalam meluluskan insinyur... pedit dalam pemberian gelar profesor.... pedit dalam pemberian gelar doktor honoris causa.... Profesor yg ada ya orang londo eks kamp tawanan itu. Oleh karenanya dari jumlah profesor PRIBUMI nya pada tahun 1950-an LEBIH BANYAK FT Yogya dibanding FT Bandung (namun secara total prof londo + pribumi lebih banyak FT Bandung drpd Yogya)... inilah yg saya sebut diatas UGM paling banyak mendapatkan manfaat dari LULUSAN PRIBUMI TH Bandung melebihi FT Bandung itu sendiri.

      Tapi percayalah... sejarah itu perlu diketahui, dipelajari, tapi tidak perlu diminderi, jangan jadi memberatkan langkah kita.... UGM khususnya FT nya hebat juga kok...

      Salam...
      cucuganesha

      Hapus
  5. @ rhama: kok aku jadi ragu ya ttg sejarah yag 'mungkin' amburadul tidak sesuai kenyataan. Soal e aku ra tau meruhi dhewe rham. Dadine aku Rareti...

    BalasHapus
  6. aku pernah jd mhs UGM, ternyata aku baru tau kalo dulu kuliah di UGM bisa diikuti siapa saja (anak SMP, SMA)...wuih kalo itu terjadi skarang,... ga bisa kebayang.. pasti ramai skali

    BalasHapus
  7. @ Anonim : pernah? sudah lulus tahun berapakah? Iya, dulu kan pas jamannya perang, jadi nggak ada ketentuan, artinya sapa aja boleh ikut ndengerin kuliah.

    BalasHapus
  8. geologiii sampai matiii....

    BalasHapus
  9. adakah yang tahu berapa tinggi gedung pusat ugm? pleaseeee

    BalasHapus
  10. @ Anonim: wah maaf, saya tidak tau tinggi gedung pusat ugm (rektorat?)... Mungkin bisa ditanyakan ke bagian sarana prasarana di gedungnya :D

    Maaf...

    BalasHapus
  11. Info yang menarik, utk memupuk nasionalism generasi generasi muda....

    BalasHapus
  12. tetangga saya,, alumni ugm angkatan pertama dan sekarang masih sehat,,, namun dengan kondisi ekonomi yang kurang baik,,, ada yang mau bantu...

    BalasHapus

Silakan berkomentar yang sehat