Rabu, 29 Desember 2010

Perjuangan Heroik, Nggak dari Sepak Bola Saja

Garuda Pancasila Di Dadaku!
Bagi para pencinta sepak bola, saya maklumi jika Anda semua kecewa dengan performa TIMNAS kita saat semua sesi pertandingan final AFF Suzuki Cup 2010. Oke, saya paham. Karena saya sesaat setelah melihat pertandingannya, saya juga geram. Sama halnya dengan geramnya Anda semua. Namun, saya orangnya nggak begitu suka dengan sepak bola (sejak kecil sih). Sehingga saya pun sempat bisa berpikir jernih.

Buat apa kita geram, marah, kecewa? 
Toh, semuanya sudah berusaha bukan? TIMNAS, pastinya telah serta merta berjuang menguras keringat. Lalu, memang kondisi saat itu tidak bisa dipungkiri bahwa kita terlanjur larut dalam euforia kemenangan beberapa pertandingan sebelumnya dengan angka fantastis. Bayangkan, dengan Malaysia sempat 5-1!

Pertanyaan yang saya ajukan kepada Anda, lalu mengapa Anda geram? Kepada siapa geram Anda akan ditujukan? Kepada TIMNAS? Nggak mungkin, karena TIMNAS itu bangsa kita. Toh, kita nggak bisa menyalahkan mereka. Kita mungkin sempat mencaci, "Wah, harusnya tadi tu gini, harusnya gini," dan seterusnya.
Tahu nggak,  
bahwa Anda telah merugikan diri Anda sendiri ketika Anda memperpanjang rasa kecewa Anda. Secara fisik, Anda hanya akan menguras tenaga berharga Anda hanya untuk mengumpat dan menumpahkan sumpah serapahnya. Secara psikologis, Anda akan merasa geram terus menerus. Ending2nya, bawaan sikap Anda dalam menjalani hidup Anda jadi ogah-ogahan dan adanya cuma marah terus. Jujur, ini tidak baik untuk kita sendiri. Coba, kita pikirkan bahwa yang kita saksikan barusan adalah sebuah pertandingan. HANYA SEBUAH PERTANDINGAN.

Jika Anda tidak sepakat, jangan salahkan saya. 
Coba kita pikirkan lagi, apakah jalan untuk meraih kemenangan hanya dari pertandingan sepak bola? Oke lah, kalau memang demikian. Mungkin saat ini, kejuaraan bergengsi adalah prestasi semacam itu, karena prestasinya tampak di mata. Namun, pahamilah Saudara, bahwa Anda mempunyai pertandingan sendiri. Anda-lah pelaku sebenarnya dalam pertandingan Anda. Anda tidak bisa mengandai-andaikan kejadian di lapangan sepak bola itu. Anda tidak bisa mencaci mereka (TIMNAS). Coba seumpama salah satu dari mereka adalah Anda, dan Anda yakin telah berusaha maksimal, Anda disalahkan oleh pendukung Anda, maka berhakkah Anda gantian memarahi suporter Anda? Sangat berhak.

Selain itu, jika Anda masih kecewa, Anda berarti menentang ketetapan Allah. Ingat, apapun yang dimaui manusia, jika tidak diridhoi Allah, nggak bakalan manusia itu mendapat yang diinginkannya.

Kembali lagi, bahwa Anda sendiri mempunyai pertandingan sendiri yang lebih real. Ingat, Anda sekarang hidup, secara otomatis sedang berkompetisi dengan orang lain bukan? Entah dalam proses prestasi atau pekerjaan. Atau secara ekstrim, Anda sedang berjuang melawan penyakit mungkin. Itu pertandingan yang harus Anda sendiri semangat. Itulah pertandingan yang Anda harus seperti yang Anda mau dari TIMNAS.

Cobalah dimulai dan diukur dalam diri Anda sendiri. 
Apa pantas menyesali apa yang sudah terjadi? Tidak bukan? Itulah mengapa, hidup ini akan terasa indah. Hidup ini akan memberikan energi positif bagi pikiran kita. Sikap kita yang menerima apa adanya namun tetap semangat memperbarui dan memperbaiki, akan bisa menyiram hati kita ketika panas. Akan menyelimuti hati kita yang sedang kelu dan beku. Itulah, pola pikir yang harus kita tanamkan dalam diri kita.

Semoga apa yang terjadi menjadi pelajaran bagi kita untuk menatap ke depan, mengubahnya menjadi energi positif yang siap dipancarkan dari hidup kita yang indah.

----
Catatan : 
Lucu juga kalau melihat orang dengan semangat menggebu berteriak, "Wah, Gonzales harusnya agak ke belakang dikit tadi." atau "Wah, gitu aja nggak nyampe!" atau "Kok bisa e? Harusnya tadi nggak hands ball" atau parahnya gini, "Wah, kalau aku pasti tadi bisa nge-gol-in!". Teriaknya pun diselingi oleh umpatan2 kasar. Haha... Inikah Indonesia?

5 komentar:

  1. pertamax gan!!
    halo yan. lucu juga kamu kyknya mikirin hal ini banget. haha.

    BalasHapus
  2. yaa.. layaknya nonton film, kadang emosi -marah - tertekan, kebawa-bawa kan?.. padahal sebetulnya kita tahu itu cuman buatan/tipuan.

    Jadi sebenernya pemain bolanya juga jago, mainin emosi pemirsanya.

    urusan umpat mengumpat, itu mah ditanggung dewe-dewe

    BalasHapus
  3. @ anonim : Haha, enggak juga ah, aku cuma ingin berbagi tips bagi para pembaca biar nggak pada frustrasi. Hehe..

    @ Mas Gaphe : Soalnya, bapakku tuh, di depan TV heboh sendiri. Nggak nyampe ngumpat sih, cuma benar2 sudah seperti ibuku ketika nonton sinetron. Wkwkwk... Maunya kebawa emosi cerita.

    BalasHapus
  4. menarik - coba baca ini http://fahmisme.wordpress.com/2010/12/29/surat-untuk-firman/
    atau - http://fahmisme.wordpress.com/2010/12/26/jamuan-kekalahan-tuan/
    atau - http://fahmisme.wordpress.com/2010/12/25/sadar-potensi-timnas/

    BalasHapus
  5. @ Mas Ujang : okok, apik2 mas, udah ku komen juga lhoh..

    BalasHapus

Silakan berkomentar yang sehat