"Sudah cukup buruk, bangsa ini. Moral hancur, tak ada yang bisa diharapkan lagi.
Aku punya jalan sendiri. Dan aku sudah putuskan untuk ke luar negeri.
Karena aku sadar, ternyata sejak SMA aku sudah apatis dengan negara dan bangsa ini.
Hanya karena ospek fakultas Patriot 2010 waktu itu, aku sempat 'tersadar' untuk membangun bangsa. Tapi kamu benar, ilmu tidak dihargai di Indonesia.
Kamu benar, Indonesia gak punya seperangkat instrumen yang lengkap dan bagus untuk riset.
Aku emang anak bangsa. Tapi ku gak mau ikut ngurus bangsa yg udah terlanjur sakit ini. Salah2 ikutan sakit. Kayak sekarang ini. Sakit psikis.
Makasih sobat, udah menyadarkan aku tentang ini.
Sip. Aku akan semangat bukan untuk bangsa yang hancur ini.
Idealisme yang aku bangun sehabis ospek fakultas sia2, masih hanya sebatas idealisme di benak saja. Tak pernah bisa direalisasikan sedikit pun.
Bukan karena aku, tapi karena lingkungan yang sudah remuk gak karuan.
Hha, gak papa.
Pokoknya sehabis lulus, begitu ada lowongan ke luar negeri, aku mau ke sana.
Seumpama jadi WNA-pun ndak masalah
Teman2ku di LA, jadi warga negara USA, sukses semua. Brilian semua.
Mau riset apapun, didanai. Hasilnya dihargai.
Gak kayak di indonesia, IAGI aja gak ngasih seminar kit yang hanya 10ribuan.
Sayang memang.
Tapi ku gak mau terlalu galau mikirin kayak gini.
hhe..
Semua pemerintahan di negeri ini, banyak lahan basah untuk korupsi,
apalagi Pertamina!
Udah monopoli pasar minyak Indonesia, tapi masih aja rugi. Apa2an.
Isi semua kementerian dan stakeholder pemerintah pusat tu korup semua, sekalipun kementerian agama.
Memang pahit, melihat kondisi ini.
lebih pahit jika aku pergi dari Indonesia.
Tapi aku gak merasa pahit kayak gitu
Dulu sewaktu aku berangkat ke LA via Singapore, sempat menangis terharu.
Sempat menyenandungkan lagu Tanah Airku Tidak Ku Lupakan.
Hanya karena ospek fakultas Patriot 2010 waktu itu, aku sempat 'tersadar' untuk membangun bangsa. Tapi kamu benar, ilmu tidak dihargai di Indonesia.
Kamu benar, Indonesia gak punya seperangkat instrumen yang lengkap dan bagus untuk riset.
Aku emang anak bangsa. Tapi ku gak mau ikut ngurus bangsa yg udah terlanjur sakit ini. Salah2 ikutan sakit. Kayak sekarang ini. Sakit psikis.
Makasih sobat, udah menyadarkan aku tentang ini.
Sip. Aku akan semangat bukan untuk bangsa yang hancur ini.
Idealisme yang aku bangun sehabis ospek fakultas sia2, masih hanya sebatas idealisme di benak saja. Tak pernah bisa direalisasikan sedikit pun.
Bukan karena aku, tapi karena lingkungan yang sudah remuk gak karuan.
Hha, gak papa.
Pokoknya sehabis lulus, begitu ada lowongan ke luar negeri, aku mau ke sana.
Seumpama jadi WNA-pun ndak masalah
Teman2ku di LA, jadi warga negara USA, sukses semua. Brilian semua.
Mau riset apapun, didanai. Hasilnya dihargai.
Gak kayak di indonesia, IAGI aja gak ngasih seminar kit yang hanya 10ribuan.
Sayang memang.
Tapi ku gak mau terlalu galau mikirin kayak gini.
hhe..
Semua pemerintahan di negeri ini, banyak lahan basah untuk korupsi,
apalagi Pertamina!
Udah monopoli pasar minyak Indonesia, tapi masih aja rugi. Apa2an.
Isi semua kementerian dan stakeholder pemerintah pusat tu korup semua, sekalipun kementerian agama.
Memang pahit, melihat kondisi ini.
lebih pahit jika aku pergi dari Indonesia.
Tapi aku gak merasa pahit kayak gitu
Dulu sewaktu aku berangkat ke LA via Singapore, sempat menangis terharu.
Sempat menyenandungkan lagu Tanah Airku Tidak Ku Lupakan.
Membawa nama harum Indonesia ditengah keterpurukan bangsa.
Tapi aku menyesalkan tangisanku itu.
Aku sadar dari obrolan denganmu, politik dan meneliti di Indonesia itu sudah tercampur baur. Gak bisa dibedakan. Mau meneliti tapi tetap aja mikirin politik
Sudah bulat ini tekad, jangan membuat ragu lagi.
Semakin dipikirkan, semakin bulat tekadku sobat.
Aku malah berterimakasih banget sama kamu, yg menyadarkan aku lagi ttg nasionalisme yang busuk itu.
Apa aku mesti melihat dan konsultasi dulu, mana yang baik mana yang buruk?
Tapi aku menyesalkan tangisanku itu.
Aku sadar dari obrolan denganmu, politik dan meneliti di Indonesia itu sudah tercampur baur. Gak bisa dibedakan. Mau meneliti tapi tetap aja mikirin politik
Sudah bulat ini tekad, jangan membuat ragu lagi.
Semakin dipikirkan, semakin bulat tekadku sobat.
Aku malah berterimakasih banget sama kamu, yg menyadarkan aku lagi ttg nasionalisme yang busuk itu.
Apa aku mesti melihat dan konsultasi dulu, mana yang baik mana yang buruk?
Apa kamu berharap aku mesti melihat semua dengan netral?
Kalau udah netral, aku harus ngapain?
Orang netral, itu malah gampang terombang ambingkan keadaan. Gak stabil. Gak punya pendirian. Dari pada sempat terombang ambingkan, mending diputusin sekarang. Jangan nunggu sewaktu netral.
Dan aku dah memutuskan untuk terus apatis.
Bullshit omongan anak2 mahasiswa ttg nasionalisme, pancasilais.
Mereka omdo, gak ada aksi nyata.
Kenapa? Karena mereka sendiripun bingung gak ngerti dengan apa itu nasionalisme.
Aku yakin itu. Hanya berolok2 doang.
Kalau mereka ngerti, aksi nyata dong.
Kalau udah gedhe, mereka pun hanya akan korup juga?
Mau ikutan mereka? Gak ah.
Apatis itu enak sobat. Gak usah mikirin orang.
Bingung kan sama jalan pikiranku? Itu yang aku ikuti dari kamu, aku sempat susah ngikuti jalan pikiranmu. Tapi aku punya jalan pikiran sendiri. Khas aku sendiri.
Biar Habibie, Soekarno menangis. What ever.
Habibie ke Jerman, membangun Jerman, dihargai luar biasa. Setengah mati.
Orang netral, itu malah gampang terombang ambingkan keadaan. Gak stabil. Gak punya pendirian. Dari pada sempat terombang ambingkan, mending diputusin sekarang. Jangan nunggu sewaktu netral.
Dan aku dah memutuskan untuk terus apatis.
Bullshit omongan anak2 mahasiswa ttg nasionalisme, pancasilais.
Mereka omdo, gak ada aksi nyata.
Kenapa? Karena mereka sendiripun bingung gak ngerti dengan apa itu nasionalisme.
Aku yakin itu. Hanya berolok2 doang.
Kalau mereka ngerti, aksi nyata dong.
Kalau udah gedhe, mereka pun hanya akan korup juga?
Mau ikutan mereka? Gak ah.
Apatis itu enak sobat. Gak usah mikirin orang.
Bingung kan sama jalan pikiranku? Itu yang aku ikuti dari kamu, aku sempat susah ngikuti jalan pikiranmu. Tapi aku punya jalan pikiran sendiri. Khas aku sendiri.
Biar Habibie, Soekarno menangis. What ever.
Habibie ke Jerman, membangun Jerman, dihargai luar biasa. Setengah mati.
Begitu sampai di Indonesia? Ditendang2.
Aku ada di jalan lurus! Orang2 korup itulah yang melenceng. Melencengkan pancasila dan nasionalisme.
Sudah lah sobat. Apapun yang kamu bujukkan ke aku, aku tetap pada pendirianku.
Makasih sobat, sekali lagi. Atas pencerahannya.
Sudah lah sobat. Apapun yang kamu bujukkan ke aku, aku tetap pada pendirianku.
Makasih sobat, sekali lagi. Atas pencerahannya.
Kemarin agak sulit menerima idealisme versi kamu.
Tapi aku paham setelah tau kondisi orang-orang di sekelilingku, aku paham. Memang orang seperti aku gak pantas dan gak dibutuhkan mereka2 yang arogan dan gak elegan.
Sekarang ngomong kayak gini tu yang realistis.
FYI, nanti aku sadarkan adek2ku yang lain, kalau ada kesempatan keluar negeri, keluar lah. Belajarlah di negara orang. Sukseslah disana. Gak usah pulang.
SERIUS: Gak usah pulang, kecuali menengok Orang tua.
Kalau kamu masih apatis, dukung aku.
aku juga akan dukung kamu.
Kita sama2 gerah dengan keadaan Indonesia ini.
Ayo kita rame2 keluar aja, ke negeri orang
Yang jelas, duniaku dunia riset.
Bangun dunia saja
Kamu inspiring banget sobat. Haha
gak usah nyesel. Mestinya kamu bangga, bisa menyadarkan orang lain ttg ini."
Tapi aku paham setelah tau kondisi orang-orang di sekelilingku, aku paham. Memang orang seperti aku gak pantas dan gak dibutuhkan mereka2 yang arogan dan gak elegan.
Sekarang ngomong kayak gini tu yang realistis.
FYI, nanti aku sadarkan adek2ku yang lain, kalau ada kesempatan keluar negeri, keluar lah. Belajarlah di negara orang. Sukseslah disana. Gak usah pulang.
SERIUS: Gak usah pulang, kecuali menengok Orang tua.
Kalau kamu masih apatis, dukung aku.
aku juga akan dukung kamu.
Kita sama2 gerah dengan keadaan Indonesia ini.
Ayo kita rame2 keluar aja, ke negeri orang
Yang jelas, duniaku dunia riset.
Bangun dunia saja
Kamu inspiring banget sobat. Haha
gak usah nyesel. Mestinya kamu bangga, bisa menyadarkan orang lain ttg ini."
Yogyakarta, October 2012