Rabu, 02 Mei 2018

Ketika matahari sepenggalah naik

Dulu saya pikir, sholat Dhuha dan membaca dzikir itu pembuka pintu rezeki, dan dulu juga saya pikir, rezeki itu berwujud uang, gaji yang besar, banyak order, banyak job, urusan kerjaan lancar, banyak tabungan di bank, punya banyak aset, seperti: kendaraan, properti di sana-sini, hingga pada intinya: Harta.

Setelah mencari tahu lebih dalam apa makna rezeki dalam Islam, ternyata saya salah besar selama ini.


Ternyata, langkah kaki yang dimudahkan untuk hadir ke majelis ilmu, itu adalah rezeki. Karena dengan hadir di dalamnya, mendengarkan nasihat dan fadhilah (keutamaan) menjadikan diri menjadi tahu tentang agama ini.

Langkah kaki yang dimudahkan untuk shalat berjamaah di masjid, adalah rezeki. Sebab tidak banyak, yang kaki dan hati ini bisa sekonyong-konyong bergerak melangkah ke masjid ketika adzan berkumandang.

Hati yang Allah jaga jauh dari iri, dengki, dan kebencian, adalah rezeki. Sebab semua penyakit hati itu merusak segalanya, termasuk menciptakan suasana hidup yang tidak tenang.

Punya teman-teman yang sholeh dan saling mengingatkan dalam kebaikan, itu juga rezeki. Sebab, hidup menjadi lebih baik. Seumpama mereka masuk surga dahulu, sedang diri ini belum, maka Allah membolehkan mereka untuk menjemput kita. "Seseorang bersama dengan yang dicintainya." [1]

Saat keadaan sulit penuh keterbatasan, itu juga rezeki. Mungkin jika dalam keadaan sebaliknya, justru membuat kita kufur, sombong, angkuh bahkan lupa diri.

Punya orang tua yang sakit-sakitan,ternyata itu adalah rezeki, karena merupakan ladang amal pembuka pintu surga bila kita tulus ikhlas mengurusnya.

Tubuh yang sehat, adalah rezeki. Bahkan saat diuji dengan sakit, itu juga bentuk lain dari rezeki karena sakit adalah penggugur dosa.

Dan mungkin akan ada jutaan list lainnya bentuk-bentuk rezeki yang kita tidak sadari. Suami, istri, dan anak-anak sehat itu rezeki, anak-anak Anda sekolahnya lancar itu rezeki, hidup rukun sama tetangga itu rezeki.

Justru yang harus kita waspadai adalah ketika hidup kita berkecukupan, penuh dengan kemudahan dan kebahagiaan, padahal begitu banyak hak Allah yang belum mampu atau tidak kita tunaikan. Barangkali itu adalah hukuman bagi kita, istidroj.



 ﻭَﻣَﺎ ٱﻟْﺤَﻴَﻮٰﺓُ ٱﻟﺪُّﻧْﻴَﺎٓ ﺇِﻻَّ ﻣَﺘَٰﻊُ ٱﻟْﻐُﺮُﻭﺭِ 
"... Dan kehidupan dunia ini tidak lain 
hanyalah kesenangan yang menipu."
(Al-Hadid - 57:20)


*disadur oleh Muhammad Arifin, via sebuah WA Group. 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar yang sehat