Rabu, 25 Januari 2012

Etika Jalanan yang Elegan

Petuah jalanan itu memang ada!
Petuah atau aturan-aturan main ketika menggunakan fasilitas jalan dimana pun itu memang ada. Tidak peduli di gang sempit sampai di jalan tol. Suatu hari, saya mengikuti perbincangan keluarga Sagasitas saat Rapat Kerja, beberapa hari yang lalu (22/01), Ibu Prof. Suwarsih Madya - seorang guru besar UNY dan manta Ka Dinas Dikpora - mengatakan bahwa,

"Pakai jalan, itu mesti lihat aturan. Aturannya adalah ketika kita pakai mobil, kita harus menghormati sepeda motor, sepeda genjot, becak, andong, dan pejalan kaki. Ketika kita naik sepeda motor, kita harus menghormati sepeda genjot, becak, andong, dan pejalan kaki. Ketika kita naik sepeda genjot, kita harus menghormati becak, andong, dan pejalan kaki."

Tahu intinya?
Ya, beliau menjelaskan apa maksud dari aturan tersebut. Pada aturan itu, terdapat makna yang sangaaaat dalam. Ketika kita pakai mobil, itu berarti kita merupakan 'petinggi' jalan raya. Kita sekan menjadi orang berstrata sosial tinggi. Nah, aturannya, kita harus menghormati orang-orang yang berstrata di bawah kita. Beliau menambahkan, "Saya kalau di jalan, mesti harus hati-hati. Karena saya sadar, saya harus menghormati orang lain. Saya selalu berhenti sesaat, mempersilahkan para becak untuk menyeberang." Bu Warsih sangat mengapresiasi para pengguna jalan yang lain.

Saya jadi ingat!
Saya ingat sewaktu mendapat kesempatan 'bermain' di Los Angeles, California, di sana orang mau nyeberang, semua mobil antre. Mobil-mobil itu sebenarnya mau belok ketika di persimpangan. Namun ketika ada orang menyeberang, mobil-mobil itu tidak menampakkan mobilnya mau belok kecuali lampu sen. Dan mobil-mobil itu berhenti jauh sekitar 3 meter dari zona penyeberangan.


Coba perhatikan gambar di atas. Sangat elegan dan tentram buat penyeberang. Mereka sangat safety, berbeda dengan Indonesia. Coba bandingkan dengan ilustrasi berikut.


Di Indonesia, orang nyeberang dimaki-maki, pemakai sepeda kayuh dicaci, penarik becak dibenci. Dan rata-rata mungkin yang membenci adalah orang-orang sok berduit, sok berkelas, dengan mengendarai mobil. Dengan angkuhnya, si pengguna mobil marah-marah. Ah, dasar tukang becak. Ah, dasar motor, maunya menang sendiri. Padahal, yang mau menangnya sendiri ya si mobil lah. Spasial 4 motor ditilep buat dia seorang dengan mobilnya. Menuh-menuhin jalan gak karuan. Main senggol sana senggol sini. Walhasil, sebanyak 9 orang terpaksa menanggung akibat keserakahan mobil berbius obat di kompleks Tugu Tani Jakarta kemarin.

So?
Jadilah pengguna mobil yang bijak. Jadilah pengguna jalan raya yang bijak. Hormati pengguna yang memakai sarana lebih rendah darimu. Itu akan berimbas balik ke kamu. Kamu hormat ke orang lain, memberi senyum kepada mereka, mereka juga akan senyum kepadamu dan hormat kepadamu. Temukan itu di Bumi Jogjakarta kalau tidak percaya! ***

1 komentar:

  1. setuju..... harusnya Indonesia memfasilitasi pejalan kakinya dengan baik, biar pada pengen jalan kaki... bukan justru tempat jalan kaki buat parkir -,- (ex: malioboro)

    BalasHapus

Silakan berkomentar yang sehat