Jumat, 13 Januari 2012

Mahasiswa! (part 2)

Omong Kosong Mahasiswa: Kemunafikan 
Ada kalanya, di perempatan jalan dan di gedung-gedung pemerintah, terdengar ada hiruk pikuk sejumlah mahasiswa menyuarakan demonstrasinya. Dengan semangat, mereka mengayunkan spanduk bercat semprot dengan tulisan tuntutan mereka. Bendera-bendera dikibarkan mulai dari bendera organisasi mahasiswa sampai bendera Merah Putih. Tidak lupa, terdengar nyanyian lagu-lagu kebangsaan dan mahasiswa.

Darah Juang
Di sini negeri kami
Tempat padi terhampar
Samudranya kaya raya
Tanah kami subur, Tuhan

Di negeri permai ini
Berjuta rakyat bersimbah luka
Anak kurus tak sekolah
Pemuda desa tak kerja

Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Tuk membebaskan rakyat

Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Padamu kami mengabdi
Padamu kami berbakti



Perjuangan Mahasiswa
Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Di persimpangan jalan

Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembar sejarah manusia

Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta.



Sekilas terkesan menyayat hati dan menyentuh kalbu. Siapapun akan menjadi mendukung mahasiswa pada saat itu. Tetapi, muncul pertanyaan, apakah benar yang disampaikan mahasiswa itu? Apakah mereka benar-benar berada di pihak yang mereka anggap tertindas? Dan bagaimana peran mahasiswa sendiri dalam mengatasi masalah yang mereka gembar-gemborkan? 


Pertanyaan-pertanyaan kritis itu seakan membentengi diri untuk langsung membenarkan apa yang mahasiswa suarakan. Karena setelah melihat fakta bahwa dari mereka yang rela berpanas-panas di jalan, hampir tidak ada yang mereka lakukan selain berdemo secara anarki. 

Logika yang dapat diterima akal adalah ketika mahasiswa memang sedang dalam jalan yang benar dan memposisikan diri sebagai insan berpendidikan, maka mengapa mereka rela menghabiskan waktu untuk sekedar berdemo tanpa penyelesaian yang nyata? 

Mengapa dari mereka tidak sedikitpun berpikir bahwa masalah masyarakat saat ini bukan lagi masalah pemerintah. Namun semua itu menjadi masalah mahasiswa. Bagaimana mahasiswa memecahkan masalah masyarakat itulah yang disebut-sebut sebagai Tri Darma Perguruan Tinggi. 

Cukup muak!
Geli dan muak mendengarkan mahasiswa sampai berurat-urat nadi lehernya meneriakkan “Ganti Pemerintah dengan yang Baru! Pemerintah saat ini telah gagal!” Sangat menyakitkan mendengar bualan mahasiswa seperti itu. Mengapa tidak pernah terbesit dalam benak mereka bahwa saat ini tidak perlu mengganti pemerintah yang baru namun sangat perlu untuk mengganti masyarakat yang baru. "Ganti masyarakat yang baru!"

Tentu dengan pola pikir yang baru, semangat perubahan yang baru, sikap dan budi pekerti yang baru. Bagaimana mahasiswa yang dengan gagahnya mengatakan bahwa mereka adalah pihak independen, tetapi sangat mudah untuk diprovokasi. Omong kosong dengan aksi mereka berpanas-panas di jalanan, Meneriakkan yang tak berarti bagi mereka sendiri. Menjadi mahasiswa tidaklah mudah. Semakin besar kekuatan yang dimiliki, maka semakin besar pula tanggung jawabnya. Jangan pernah menjadi mahasiswa sampah. Mahasiswa aktif di organisasi (BEM) tapi tetap menjadi sampah. Menjadi mahasiswa yang aktif demonstrasi tanpa tindakan nyata hanya akan menjadikan diri sebagai sampah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar yang sehat